Selasa, 20 Desember 2011

TAPE KETAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Biologi merupakan suatu ilmu yang berdekatan dengan kehidupan kita sehari-hari dan biologi merupakan suatu penghubung dari semua ilmu alam dan juga sebagai ilmu yang mempertemukan ilmu alam dengan ilmu sosial.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah Pengantar bioteknologi. Dimana bioteknologi disini dibagi ke dalam bioteknologi modern dan bioteknologi konvensional. Salah satu contoh bioteknologi konvensional adalah pembuatan Tape. Dimana dalam pembuatan tape beralngsung proses fermentasi. Tape dibuat tidak hanya sehari langsung jadi, tetapi diperlukan waktu berhari-hari untuk proses fermentasinya.
Proses pembuatan tape ketan berkaitan dengan pembelajaran biologi dimana semua akan melakukan pembuatan tape ketan. Kontribusi bioteknologi ini akan meningkatkan keterampilan proses Sain siswa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses pembuatan tape ketan ?
2.      Bagaimana proses terjadinya fermentasi ?

C.     Tujuan
Adapun tujuan-tujuan dilaksanakannya penelitian bioteknologi fermentasi ini, diantaranya :
1.      Mengetahui proses pembuatan tape ketan
2.      Mengetahui proses terjadinya fermentasi







BAB II
PEMBUATAN TAPE KETAN

Bioteknologi berasal dari kata latin yaitu bio (hidup), teknos (teknologi = penerapan) dan logos (ilmu). Bioteknologi adalah cabang biologi yang mempelajari pemanfaatan prinsip ilmiah dan rekayasa terhadap organisme, proses biologis untuk meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan manusia.bisa diartikan juga,Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayas genetika secara terpadu untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi kepentingan manusia.
Bioteknologi dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu bioteknologi modern dan bioteknologi konvensional. Salah satu contoh dari bioeknologi konvensional adalah pembuatan tape ini. Dan salah satu contoh dari bioteknologi modern adalah rekayasa genetika.
Ciri-ciri utama bioteknologi adalah adnya benda biologi berupa benda mikro organisme tumbuhan atau hewan, adanya pendayagunaan secara teknologi dan industri, dan produk yang dihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.
Generasi pertama adalah bioteknologi sederhana yaitu penggunaan mikroba yang masih secara tradisional dalam produksi makanan dan tanaman ataupun pengawetan makanan, sebagai contoh yaitu pembuatan tempe, tape, cuka, dan lain-lain. Generasi kedua adalah proses berlangsung dalam keadaan tidak steril, sebagai contoh pembuatan kompos dan produksi bahan kimia. Generasi ketiga adalah proses dalam keadaan tidak steril, sebagai contoh produkasi antibiotic dan hormon. Generasi keempat adalah generasi bioteknologi baru, sebagai contoh produksi insulin.
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan karbondioksida. Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa).
Ketan berasal dari beras. Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.
Ø      Anatomi Beras
o       Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari
o       aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit.
o       endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
o       embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras.
Ø      Kandungan Beras
Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.
Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat:
o       amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang
o       amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket
Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras.
Ø      Macam-macam Warna Beras
Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia.
o       Beras "biasa" yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras.
o       Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu.
o       Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.
o       Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin.
o       Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam.
Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak (misalnya 'Cianjur Pandanwangi' atau 'Rajalele'). Bau ini disebabkan beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik dan menjadi objek rekayasa genetika beras.
Ø      Aspek Pangan
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadikan tapai. Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi jamu beras kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan air tajin.
Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapisan aleuron), yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul (rice bran). Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen makanan dengan sebutan tepung mata beras.
Untuk kepentingan diet, beras dijadikan sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten dalam bentuk berondong.
Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang berwarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat. Beras merah yang telah dikenal sejak tahun 2.800 SM ini, oleh para tabib saat itu dipercaya memiliki nilai nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungan tiaminnya yang lebih tinggi (0,12 mg : 0,31 mg).
Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, kesemutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang.
Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor (243 mg per 100 gr bahan) dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Karena kemampuannya itulah banyak pakar mengatakan bahan ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain.

A.     Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.
  
           Gbr ;  Fermentasi sedang berlangsung
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai Berikut :
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP).
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
Fermentasi diperkirakan menjadi cara untuk menghasilkan energi pada organisme purba sebelum oksigen berada pada konsentrasi tinggi di atmosfer seperti saat ini, sehingga fermentasi merupakan bentuk purba dari produksi energi sel.
Produk fermentasi mengandung energi kimia yang tidak teroksidasi penuh tetapi tidak dapat mengalami metabolisme lebih jauh tanpa oksigen atau akseptor elektron lainnya (yang lebih highly-oxidized) sehingga cenderung dianggap produk sampah (buangan). Konsekwensinya adalah bahwa produksi ATP dari fermentasi menjadi kurang effisien dibandingkan oxidative phosphorylation, di mana pirufat teroksidasi penuh menjadi karbon dioksida. Fermentasi menghasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa bila dibandingkan dengan 36 ATP yang dihasilkan respirasi aerobik.
"Glikolisis aerobik" adalah metode yang dilakukan oleh sel otot untuk memproduksi energi intensitas rendah selama periode di mana oksigen berlimpah. Pada keadaan rendah oksigen, makhluk bertulang belakang (vertebrata) menggunakan "glikolisis anaerobik" yang lebih cepat tetapi kurang effisisen untuk menghasilkan ATP. Kecepatan menghasilkan ATP-nya 100 kali lebih cepat daripada oxidative phosphorylation. Walaupun fermentasi sangat membantu dalam waktu pendek dan intensitas tinggi untuk bekerja, ia tidak dapat bertahan dalam jangka waktu lama pada organisme aerobik yang kompleks. Sebagai contoh, pada manusia, fermentasi asam laktat hanya mampu menyediakan energi selama 30 detik hingga 2 menit.
Tahap akhir dari fermentasi adalah konversi piruvat ke produk fermentasi akhir. Tahap ini tidak menghasilkan energi tetapi sangat penting bagi sel anaerobik karena tahap ini meregenerasi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+), yang diperlukan untuk glikolisis. Ia diperlukan untuk fungsi sel normal karena glikolisis merupakan satu-satunya sumber ATP dalam kondisi anaerobik.

A.     Saccharaomyces cerevisiae
Saccharaomyces cerevisiae  adalah nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval.
·        Saccharomyces cerevisiae mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari :
1.      Kapsul
2.      Dinding Sel Dinding sel khamir pada sel-sel yang muda sangat tipis, namun semakin lama semakin menebal seiring dengan waktu. Pada dinding sel terdapat struktur yang disebut bekas lahir (bekas yang timbul dari pembentukan oleh sel induk) dan bekas tunas (bekas yang timbul akibat pembentukan anak sel). Setiap sel hanya dapat memiliki satu bekas lahir, namun bisa membentuk banyak bekas tunas. Saccharomyces cerevisiae dapat membentuk 9 sampai 43 tunas dengan rata-rata 24 tunas per sel, dan paling banyak lahir pada kedua ujung sel yang memanjang. Dinding sel khamir terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
>Glukan Khamir (30-35% berat kering dinding sel)
>Mannan (30% dari berat kering dinding khamir)
>Protein (6% berat kering dinding sel)
>Kitin (1-2 %)
>Lipid (8.5-13.5 %)
3.      Membran Sitoplasma
4.      Nukleus
5.      Vakuola
6.      Mitokondria
7.      Globula Lipid Saccharomyces cerevisiae mengandung lipid dalam jumlah sangat sedikit. Lipid ini disimpan dalam bentuk globula yang dapat dilihat dengan mikroskop setelah diberi pewarna lemak seperti Hitam Sudan atau Merah Sudan.
8.      Sitoplasma
·        Saccharomyces cerevisiae berkembang biak dengan cara berikut:
1.      Pertunasan multipolar, dimana tunas muncul dari sekitar ujung sel
2.      Pembelahan tunas, yaitu gabungan antara pertunasan dan pembelahan. Pada proses ini mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat melekatnya tunas pada sel induk relatif besar, kemudian terbentuk septa yang memisahkan tunas dari induk selnya. Pada Saccharomyces, areal tempat melekatnya tunas pada induk sedemikian kecilnya sehingga seolah tidak pernah terbentuk septa (tidak dapat dilihat oleh mikroskop biasa).
3.      Pembentukan askospora. Pada khamir diploid seperti Saccharomyces cerevisiae, meiosis dapat terjadi langsung dari sel vegetatif. Spora berbentuk bulat atau oval dengan permukaan halus.
·        Fungsi Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae berfungsi dalam pembuatan roti dan bir, dan tape karena Saccharomyces bersifat fermentatif (melakukan fermentasi, yaitu memcah glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol) kuat. Namun, dengan adanya oksigen, Saccharomyces juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air.

B.     Pembuatan Tape Ketan
Untuk membuat tape ketan di butuhkan alat-alat dan bahan-bahan sebagai berikut :
  1. Alat Dan Bahan
o       Pengukus nasi (langseng) 1 buah
o       Panci atau baskom 1 buah
o       Tampah 1 buah
o       Cukil kayu 1 buah
o       Kipas 1 buah
o       Keler/daun pisang/plastic
o       Beras ketan hitam atau ketan putih
o       Ragi tape


2.      Prosedur Kerja
o       Cuci bersih semua peralatan yang akan digunakan, lalu keringkan

o       Cuci bersih beras ketan yang akan digunakan

o       Rendamlah beras ketan tersebut selama 12 jam

o       Setelah direndam selama 12 jam, angkat beras ketan tersebut lalu bilas dengan air beberapa kali.
o       Kukus beras ketan tersebut sampai matang

o       Angkat beras ketan yang telah matang, lalu letakkan di atas tampah atau baskom, dinginkan dengan cara mengipasinya.
o       Setelah dingin campurkan ragi yang telah dihaluskan dan aduk sampai merata
                         
o       Bungkus ketan yang tela dicampur ragi dengan daun pisang atau plastik, atau masukkan ke dalam keler (stoples)
o       Simpan selama 2-3 hari.

*      catatan:
1.      Banyaknya ragi yang digunakan disesuaikan dengan jumlah beras ketan. Bila terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan menyebabkan rasa tape menjadi pengar, bila terlalu sedikit dapat menyebabkan tape yang terbentuk tidak manis dan terasa keras
2.      Takaran ragi yang tepat biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman
3.      Kualitas tape yang baik turut ditentukan oleh jenis ragi yang digunakan dan asal ragi tersebut.






BAB III
KESIMPULAN

*      Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan karbondioksida.
*      Ketan berasal dari beras. Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam.
*      Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
*      Saccharaomyces cerevisiae  adalah nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval. Jamur ini berperan dalam proses fermentasi.

LAHAN KRITIS

LAHAN KRITIS
A.     Definisi
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kemerosotan kesuburannya atau lahan yang dalam proses kemunduran kesuburan baik secara fisik maupun kimia dan biologi. Sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air.
Lahan kritis memiliki kondisi lingkungan yang sangat beragam tergantung pada penyebab kerusakan lahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi lahan kritis menyebabkan tanaman tidak cukup mendapatkan air dan unsur hara, kondisi fisik tanah yang tidak memungkinkan akar berkembang dan proses infiltrasi air hujan, kandungan garam yang tinggi akibat akumulasi garam sekunder atau intrusi air laut yang menyebabkan plasmolisis, atau tanaman keracunan oleh unsur toksik yang tinggi. Lahan kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan ditingkatkan produktivitasnya agar lahan dapat kembali berfungsi sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia.

B.     Faktor Penyebab Lahan Kritis
1.      Perambahan hutan
2.      Penebangan liar (illegal logging)
3.      Kebakaran hutan
4.      Pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak berazaskan kelestarian
5.      Penataan zonasi kawasan belum berjalan
6.      Pola pengelolaan lahan tidak konservatif
7.      Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan)
                  Penebangan hutan yang tidak terkendali yang diikuti perladang berpindah akan berakibat; (a) Lahan terbuka, sehingga butiran hujan akan langsung menerpa tanah dan butiran tanah akan hancur dan terlepas; (b) Aliran permukaan akan menghanyutkan butiran tanah yang terlepas, sekaligus membawa humus dan unsur hara; (c) Hanyutnya butiran tanah, humus dan unsur hara akan menurunkan kesuburan tanah; dan (d) Pengelolaan lahan dengan tanaman yang sama terus menerus tanpa adanya usaha mengembalikan unsur hara yang terbawa dari hasil panen akan mengakibatkan pengurasan hara tertentu yang akan mengganggu  keseimbangan hara dalam tanah, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
        Pembakaran yang tidak terkontrol terutama dalam persiapan lahan akan mengakibatkan: (a) Hilangnya sumber bahan organik dan humus tanah; (b) Terganggunya kehidupan dan kegiatan jasad renik; (c) Hilangnya unsur hara tertentu seperti Nitrogen; dan (d) Menurutnya fungsi penyimpangan dan penyediaan air serta hara.         
Erosi merupakan peristiwa pelepasan butiran tanah dan pengangkutan butiran tanah oleh air dan angin. Erosi tanah mirip dengan merantau, hanya saja tanah yang merantau tidak pulang atau kembali ketempat semula. Erosi yang tidak terkendali mengakibatkan; (a) Hilangnya lapisan atas tanah; (b) Hanyutnya unsur hara tanah; (c) Terjadinya pendangkalan sungai, waduk dan muara suangai; dan (d) Polusi lingkungan akibat bahan beracun yang terakumulasi.
Modal yang kurang akan mempengaruhi kemampuan petani untuk membeli saprodi usahataninya, terutama pupuk. Kurangnya pupuk yang diberikan maka akan terjadi pengurasan hara setia panen. Hal ini akan mempercepat mundurnya kesuburan tanah, sehingga secara perlahan-lahan akan menjadi kritis.
Ilmu/informasi yang kurang menyebabkan lahan dikelola secara tradisional atau seadanya, sehingga produktivitas menjadi berkurang. Bahaya kemunduran kesuburan akan semakin tinggi akibat kurang tepatnya pengelolaan tanah dan tanaman, terutama dalam usaha menekan erosi dan pengembalian biomas/sisa tanaman.
 Sosial/faktor dan status tanah yang komplek, kesadaran dan motivasi yang kurang juga akan mempercepat lahan menjadi kritis. Tanah ulayat/tanah nagari sering tidak dikelola secara baik. Ini disebabkan banyak hal, terutama kekurangan tenaga penggarap, sehingga lahan tersebut dibiarkan terbuka. Belum adanya aturan yang jelas tentang pembagian hasil bila seseorang menanam tanaman keras/ tahunan pada tanah ulayat/nagari sehingga penggarap hanya mau menanam tanaman semusim. Secara umum, tanah ulayat dan nagari ini mempunyai kelerengan yang tajam yang selalu terancam erosi dimusim hujan bila tidak ada tanaman tahunan sebagai pengendali erosi.

C.     Akibat dari lahan kritis
§         Daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang yang mengakibatkan kekeringan pada waktu musim kemarau.
§         Terjadinya arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan bahaya banjir dan longsor.
§         Menurunnya kesuburan tanah, dan daya dukung lahan serta keanekaragaman hayati
§         Krisis air bersih
§         Meluasnya penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah, dan diare
§         Kebakaran hutan
§         Hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan suhu bumi.
Gambar-gambar dampak dari lahan kritis :
   
D.    Penanggulangan Lahan Kritis
1.      Upaya Konservasi Lahan
Dalam upaya penganggulangan lahan kritis diperlukan upaya konservasi lahan. Konservasi lahan adalah usaha pencegahan kerusakan, memperbaiki kerusakan, pemeliharaan dan mempertahankan kesuburan lahan serta meningkatkan kesuburan lahan. Kemudian dilakukan Usaha Tani Konservasi, yaitu model usaha tani yang menerapkan kaidah-kaidah konservasi. Untuk usaha tani lahan kering paling tepat menggunakan / melibatkan tanaman pohon, yang memberikan beberapa keuntungan, yaitu: (a) Sebagai pendapatan jangka panjang (tabungan hijau); (b) Kesejukan, kesegaran, keindahan, dan kesehatan bagi manusia; dan (c) Perlindungan tanah dan air dari matahari dan hujan.
Beberapa tindakan memperkuat konservasi tanah dan air dapat dilakukan melalui: (a) Pengaturan pola tanam yang tepat; (b) Pengolahan tanah menurut kontur; (c) Gunakan Baha organic; (d) Letakkan sisa tanaman/mulsa sepanjang kontur; (e) Diversifikasi usahatani termasuk tanaman pohon; (f) Pemeliharaan  atau pembuatan hutan diatas lereng; (g) Perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah; dan (h) Ternak dikandangkan.
2.      Pemanfaatan Mikoriza
Pemanfaatan mikoriza merupakan suatu bentuk asosiasi cendawan dengan akar tanaman tingkat tinggi, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas lahan kritis. Karakteristik asosiasi mikorisa ini memungkinkan tanaman untuk memperoleh air dan hara dalam kondisi lingkungan yang kering dan miskin unsur hara, perlindungan dari patogen akar dan unsur toksik dan secara tidak langsung melalui perbaikan struktur tanah.
Hal ini dimungkinkan karena mikoriza memiliki jaringan hipa eksternal yang luas dan diameter yang lebih kecil dari bulu-bulu akar, enzim fosfatase dan sekresi hipa lainnya serta terbentuknya mantel hipa yang melindungi akar secara fisik. Pemanfaatan jenis-jenis isolat cendawan mikoriza harus disesuaikan dengan tanaman inangnya, karena seringkali cendawan tertentu hanya dapat membentuk mikoriza dengan tanaman inang tertentu pula.
Lahan alang-alang adalah salah satu bentuk lahan kritis yang sangat luas di Indonesia. Alang-alang bisa tumbuh dan berkembang pada lingkungan tanah yang ekstrim karena membentuk mikoriza dengan berbagai cendawan. Rehabilitasi lahan alang-alang dapat dilakukan dengan tanaman yang bermikoriza, baik untuk tanaman pangan, perkebunan, penghijauan maupun hutan tanaman industri. Tanaman bermikoriza akan mampu bertahan dari kondisi kering , miskin hara serta kondisi fisik tanah yang kurang baik.
Pada lahan salin, mikoriza mampu menahan laju penurunan produktivitas lahan, karena dalam kondisi salinitas yang tinggi, cendawan mikoriza masih mampu bertahan dan mensuplai air dan unsur hara bagi tanaman inang.
Pada tanah yang tercemar logam berat dan senyawa polysiklik aromatik dari limbah industri, mikoriza dapat melindungi tanaman inang dari efek meracun unsur tersebut melalui mekanisme filtrasi, kompleksasi dan akumulasi unsur tersebut pada hipa cendawan dan mencegahnya masuk ke sel tanaman inang. Sumber inokulum yang berasal dari lahan tercemar, memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan inokulum dari lahan yang tidak tercemar.
Mikoriza, suatu bentuk asosiasi mutualistis antara cendawan dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, memiliki spektrum yang sangat luas baik dari segi tanaman inang, jenis cendawan, mekanisme asosiasi, efektivitas, mikrohabitat maupun penyebarannya.
Pertumbuhan tanaman meningkat dengan adanya mikoriza karena meningkatnya serapan hara, ketahanan terhadap kekeringan, produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh, perlindungan dari patogen akar dan unsur toksik. Sedangkan cendawan mendapat manfaat dari suplai hasil fotosintat dan tempat berkembang.